Pokok-Pokok Pemikiran Filsafat
Ibnu Bajjah
Makalah
Di
SusunGunaMemenuhiTugas
Mata
Kuliah: Filsafat Islam
DosenPengampu:
Drs. Kasmuri, M.Ag
DisusunOleh
:
ArfinAflahul H. (1701016028)
Dina Maryana Dewi A (1701016030)
Nur AiniFitria (1701016031)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses sejarah masa lalu, tidak dapat dielakan
begitu saja bahwa pemikiran filsafat islam terpengaruh oleh filsafat yunani.
Para filosof islam banyak mengambil pemikiran aristoteles dan banyak tertarik
terhadap pemikiran platinus. Sehingga banyak teori filosof yunani diambil oleh
filosof lslam.salah satu diantara para filosof islam tersebut adalah ibnbajjah
pada masa kejayaan islam di spanyol. Ibn bajjah adalah ahli yang menyadarkan
pada teori dan praktik dalam ilmu-ilmu matematika, astronomi, musik, mahir ilmu
pengobatan dan studi-studi spektakulatif seperti logika, filsafat alam dan
metafisika, sebagaimana yang dikatakan oleh De Boer dalam thehistoty of
philosophiin islam, bahwa dia benar-benar sesuai dengan al-farabi dengan
tulisan-tulisannya logika dan secara umum setuju dengannya, bahkan dengan
doktrin-doktin fisika dan metafisikannya.
Ibn bajjah menyandarkan filsafat dan logikanya pada
karya-karya al-farabi,dan dia telah memberikan sejumlah besar tambahan-tambahan
dalam karya-karya itu. Dan dia telah menggunakan metode penelitian filsafat
yang benar-benar lain. Tidak seperti al-farabi , dia berurusan segala masalah
hanya berdasarkan nalar semata. Dia mengagumi filsafat aristoteles, yang
diatasnya dia membangun sistemnya sendiri.Tapi dia berusaha untuk memahami
lebih dulu filsafatnya secara benar.Itulah sebabnya ibnbajjah menulis
uraian-uraian sendiri atas karya-karyanya aristoteles.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana riwayat hidup Ibnu Bajjah?
2.
Apa saja karya dari Ibnu Bajjah?
3.
Bagaimana pemikiran Filsafat Ibnu Bajjah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Hidup Ibnu Bajjah
Ibnu bajjah
adalah filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah kefilsafatan di
Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Al-Sha’igh,
yang lebih terkenal dengan sebutan Ibnu Bajjah. Ia dilahirkan di Spanyol pada
akhir abad ke-5 H. Riwayat hidupnya secara rinci tidak diketahui orang, begitu
juga mengenai pendidikan yang ditempuhnya dan guru yang mengasuhnya tidak
terdapat informasi yang jelas.
Menurut
beberapa literatur, Ibnu bajjah bukan hanya seorang filosof ansich, tetapi ia
juga seorang Saints yang menguasai beberapa disiplin ilmu pengetahuan, seperti
kedokteran, astronomi, fisika,musikus dan matematika. Ia juga aktif dalam dunia
politik, sehingga gubernur Saragossadaulat Al-Murabith, Abu bakar Ibnu Ibrahim
Al-Sahrawi mengangkatnya menjadi wazir. Akan tetapi, sewaktu kota saragossa
jatuh ketangan raja Alfonao I di Aragon . Ibnu bajjah terpaksa pindah ke kota
Seville via Valencia. Di kota ini, ia bekerja sebagai dokter. Kemudian dari
sini pindah ke Granada dan selanjutnya berangkat ke Afrika Utara, pusat
kerajaan Dinasti MurabithBarbar. Ibnu bajjah meninggal di kota Maroko pada
bulan Ramadhan 533/1138 M.[1]
B.
Karya-Karya Ibnu Bajjah
1.
Kitab Tabir Al-Mutawahhid
Ini adalah kitab yang paling
populer dan penting dari seluruh karya tulisnya. Kitab ini berisikan akhlak dan
politik serta usaha-usaha individu menjauhkan diri dari segala macam
keburukan-keburukan dalam masyarakat negara, yang disebutnya sebagai insan
muwahud (manusia penyendiri).
2.
Risalah Al-Wada’
Risalah ini membahas penggerak
pertama (Tuhan) , manusia, alam dan kedokteran.
3.
Risalah Al Ittishal
Risalah ini menguraikan tentang
hubungan manusia dengan akal Fa’al.
C.
Filsafat Ibnu Bajjah
1.
Metafisika (Ketuhanan)
Menurut Ibnu
bajjah, segala yang ada (al-maujudat) terbagi dua: yang bergerak dan tidak
bergerak. Yang bergerak adalah jisim(materi) yang sifatnya finite (terbatas).
Gerakan alam ini-jisim yang terbatas- digerakkan oleh ‘aql (bukan berasal dari
substansi alam sendiri). Sedangkan yang tidak bergerak ialah ‘aql, ia menggerakkan
alam dan ia sendiri tidak bergerak. ‘Aql inilah yang disebut dengan Allah.
Ibnu bajjah
mempelajari dan memahami dan memahami filsafat Aristosteles dengan baik karena
argumen yang dimajukannya masih berbau Aristotelean. Tampaknya Ibnu bajjah
berupaya mengislamkan argumen metafisika Aristoteles tersebut. Karena itu,
menurutnya, Allah tidak hanya penggerak tetapi ia adalah pencipta dan pengatur
alam. Namun, secara umum uraian Ibnu bajjah di bidang ini belum begitu
mendalam. Penaran yang lebih sempurna dalam hal ini akan dapat dilihat dalam
filsafat Ibnu thufail dan Ibnu rusyd.[3]
2.
Materi dan Bentuk
Menurut
pandangan Ibnu bajjah materi (al-hayula) tidak mungkin bereksistensi tanpa
bentuk (al-shurat). Sementara itu, bentuk bisa bereksistensi dengan sendirinya
tanpa materi. Jika tidak, secara pasti kita tidak mungkin dapat menggambarkan
adanya modifikasi (perubahan-perubahan) pada benda. Perubahan-perubahan
tersebut adalah satu kemungkinan dan inilah yang dimaksud dengan pengertian
bentuk materi.
Bentuk, menurut
Ibnu bajjah, bertingkat-tingkat. Tingkat yang paling rendah adalah bentuk
materi pertama dan yang paling tinggi adalah bentuk akal pemisah
(al-‘aqlal-mufarid). Dari bentuk yang paling rendah sampai pada bentuk yang
paling tinggi terjalin seperti mata rantai. Akal manusiawi dapat mencapai
bentuk kesempunaanya dengan melewati rantai tersebut dengan berfilsafat. Jiwa
seperti ini dapat berhubungan dengan Akal Aktif. Setiap materi, menurut Ibnu
bajjah, mempunyai tiga bentuk, bentuk
rohani umum atau bentuk intelektual,
bentuk khusus dan bentuk fisik.
3.
Jiwa
Menurut
pendapat Ibnu bajjah, setiap manusia mempunyai satu jiwa. Jiwa ini tidak
mengalami perubahan sebagaimana jasmani. Jiwa adalah penggerak bagi manusia.
Jiwa di gerakkan dengan dua jenis alat yaitu alat-alat jasmaniah dan alat
alat-alat rohaniah. Alat-alat jasmaniah di antaranya ada berupa buatan dan ada
pula yang berupa alamiah, seperti kaki dan tangan.
Alat-alat
alamiah ini lebih dahulu dari alat buatan, yang disebut juga oleh Ibnu bajjah
dengan pendorong naluri (al-harral-gharizi) atau roh insting. Jiwa, menurut
Ibnu bajjah, adalah Johan rohani, akan kekal setelah mati. Di akhirat jiwalah
yang akan menerima pembalasan, baik alasan kesenangan (surga) maupun balasan
siksaan (neraka). Akal, daya berpikir bagi jiwa adalah satu bagi setiap orang
yang berakal.
4.
Akal dan Ma’rifah
Ibnu bajjah
Menempatkan akal dalam posisi yang sangat penting. Dengan perantaraan akal,
manusia dapat mengetahui segala sesuatu, termasuk dalam mencapai kebahagian.
Akal menurut Ibnu bajjah terdiri dari dua jenis.
a.
Akal teoretis. Akal ini diperoleh hanya berdasarkan pemahaman terhadap
sesuatu yang konkret atau abstrak.
b.
Akal Praktis. Akal ini diperoleh melalui penyelidikan (eksperimen) sehingga
menemukan ilmu pengetahuan
5.
Akhlak
Ibnu bajjah
membagi perbuatan manusia menjadi perbuatan hewani dan manusiawi. Perbuatan
hewani didasarkan atas dorongan naluri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan hawa nafsu. Sementara itu perbuatan manusiawi adalah perbuatan yang
di dasarkan atas pertimbangan rasio dan kemauan yang bersih lagi luhur.[4]
6.
Politik
Pandangan
politik Ibnu bajjah dipengaruhi oleh pandangan politik Al-Farabi, dalam buku
Ara’ahlalmadinatal fadilat, ia juga membagi negara menjadi negara utama.
Demikian juga tentang hal-hal yang lain seperti persyaratan kepala negara dan tugas
tugasnya juga pengajar dan pendidik. Warga negara utama menurut Ibnu bajjah
mereka tidak Lao memerlukan dokter dan hakim. Sebab mereka hidup dalam keadaan
puas terhadap rezeki yang diberikan Allah.
7.
Manusia Penyendiri
Filsafat Ibnu Bajjah yang paling populer ialah manusia
penyendiri (al-insan al-munfarid).
Dalam menjelaskan manusia penyendiri ini, Ibnu Bajjah terlebih dahulu
memaparkan pengertian tadbir
al-muttawahid. Tabdir dalam
pengertian umum adalah segala bentuk perbuatan manusia. Sedangkan tabdir secara khusus adalah pengaturan
negara dalam mencapai tujuan tertentu yakni kebahagian. Dan yang dimaksud al-mutawahid ialah seseorang atau
beberapa orang, mereka mengasingkan diri masing masing secara sendiri-sendiri,
tidak berhubungan dengan orang lain.
Jadi manusia penyendiri menurut Ibnu Bajjah ialah
seorang filosof atau beberapa orang filosof hidup pada salah satu negara yang
tidak sempurna, mereka mengasingkan diri dari sikap dan perbuatan-perbuatan
masyarakat yang tidak baik.[5]
Ibnu Bajjah terpengaruh oleh sufi-sufi Muslim diatass
keterpengaruhnya dengan al-Farabi, karena al-farabi tidak mengajak kepada
kesatuan saja dan diantara syarat-syaratnya ialah individu-individu harus
digiring menuju kebahagiaan jika mereka tidak mencapainya.[6]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ibnu bajjah
adalah filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah kefilsafatan di
Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Al-Sha’igh,
yang lebih terkenal dengan sebutan Ibnu Bajjah. Ia dilahirkan di Spanyol pada
akhir abad ke-5 H. Beliau telah menghasilkan karya-karyanya yang terpenting
yaitu Kitab Tabdir al-Mutawahhid, Risalat al-Wada’, Risalat al-Isttishal dan
Kitab al-Nafs.
Pokok pemikiran filsafat
Ibnu Bajjah yaitu metafisika(Ketuhanan), materi dan bentuk, jiwa, akal dan
ma’rifah, akhlak, politik dan manusia penyendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Madkour,
Ibrahim.1988. Filsafat Islam:Metode dan Penerapan.Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada.
Zar,
Sirajuddin.2004.Filsafat Islam.Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada
[1]
Sirajuddin Zar,Filsafat Islam,
(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm.185-186
[2]
Sirajuddin Zar,Filsafat Islam, (Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 187
[3] Ibid,hlm. 191-192
[4]
Sirajuddin Zar,Filsafat Islam,
(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 193-197
[5]
Sirajuddin Zar,Filsafat Islam,
(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 198-201
[6] Ibrahim
Madkour, Filsafat Islam:Metode dan
Penerapan, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1988), hlm. 53-54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar